Selasa, 01 Mei 2012

konseling bermain


Konsep Konseling Bermain
Dalam melakukan komunikasi dengan anak, kita seringkali kesulitan. Hal ini disebabkan anak tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam menjelaskan permasalahannya. Seringnya, anak  justru akan terlihat ketakutan atau memperlihatkan penolakan jika orang dewasa mendekatinya dengan menggunakan bahasa verbal.

Salah satu waktu anak bisa berekspresi adalah saat mereka bermain.  Sebagaiman diungkap oleh Muro & Kottman (1995) bahwa bermain merupakan bentuk self expression bawaan anak.  Bermain terjadi secara alamiah pada anak dan merupakan suatu ekspresi spontan dari emosi dan pikiran-pikirannya.  Konselor tentu harus memanfaatkan situasi ini untuk mengeksplor emosi dan pikiran anak.
A Freud memandang bermain ekuivalen dengan bahasa orang dewasa. Sementara M. Klein (Muro & Kottman,1995) memandang lain. Dia berpendapat bahwa aktivitas bermain dapat diinterpretasi  langsung oleh konselor secara bebas (free association).
Permainan anak berkembang sesuai dengan usianya.  Misalnya  bermain dengan aspek sensory motor merupakan dua jenis bermain yang dilakukan oleh anak pada usia tiga tahun pertama ; sedangkan bermain simbolik  mencapai puncaknya pada usia empat dan lima tahun yang kemudian diikuti dengan semakin meningkatnya aktivitas permainan dengan aturan bermain konstruktif. Kecenderungan-kecenderungan perkembangan bermain tersebut memberikan suatu indikasi tentang bahan, program, dan aktivitas bermain yang perlu disediakan bagi keperluan pendidikan dan bimbingan konseling anak.
Tujuan Konseling Bermain
Pada dasarnya konseling bermain memiliki tujuan yang sama dengan konseling pada umumnya, yakni membantu anak untuk belajar tentang diri dan lingkungannya sehingga ia mampu mengambil keputusan dan upaya-upaya yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan perkembangannya.
Landreth mengemukakan bahwa dalam proses konseling bermain, konselor hendaknya menyelesaikan sasaran-sasaran berikut :
  1. Membangun suasana yang aman bagi anak dengan merespon anak dengan baik
  2. Memahami dan menerima pandangan anak tentang lingkungannya dengan menunjukkan perhatian yang tepat
  3. Mendorong anak untuk mengekspresikan emosinya tanpa judgement
  4. Mendorong anak untuk bertanggung jawab dan membuat keputusan sendiri dalam permainannya
  5. Menyedikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi peristiwa yang mungkin akan dihadapinya
  6. Memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan konselor tentang perasaan dan tindakan anak.
Proses Konseling Bermain
Pada umumnya proses konseling tidak memiliki tahapan yang pasti. Hal-hal yang sifatnya spontan, emergent, dan kontekstual bisa mempengaruhi jalannya konseling bermain. Namun tentunya, proses konseling tetap harus memiliki arah yang jelas. Muro & Kotmann (1995) menyarankan  konseling bermain berlangsung dalam 30-50 menit. Fase yang dilalalui adalah sebagai berikut :
  1. Fase Pembukaan
Konselor dengan sikap penerimaan yang baik mempersilakan dan mengundang anak untuk bermain di ruangan yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut Carmichael (1994), peran konselor yang pertama dan terpenting adalah menyediakan suatu lingkungan yang secara emosional permisif dan aman bagi anak untuk berekspresi.
  1. Fase Anak Bermain
Fase selanjutnya anak melakukan aktifitas bermain sesuai dengan minat dan pilihannya. Konselor di sini menjadi teman bermain. Pada fase ini , konselor memperhatikan pola-pola perilaku yang ditampilkan anak. Konselor  perlu memverbalisasikan  pengalaman dan pengamatan  konselor terhadap perasaan dan tindakan anak
  1. Fase Penutupan
Dalam ruang bermain, seorang anak yang siap mengakhiri konseling bisa mengekspresikan kurang minat untuk bermain sehingga mungkin tampak lesu atau bahkan merengek-rengek. Disarankan agar pada sesi sebelum penutupan ada semacam pemberitahuan dari pihak konselor.  Konselor dapat mendiskusikan perubahan yang konselor lihat juga meminta pendapat anak tentang perubahan yang dialaminya sejak awal konseling bermain.

Permainan Sensorimotor ( Praktis )Menggunakan semua indera denganmenyentuh, mengeksplorasi benda,berlari, melompat, meluncur,berputar,melempar bola

Konsep Konseling Bermain
Dalam melakukan komunikasi dengan anak, kita seringkali kesulitan. Hal ini disebabkan anak tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam menjelaskan permasalahannya. Seringnya, anak  justru akan terlihat ketakutan atau memperlihatkan penolakan jika orang dewasa mendekatinya dengan menggunakan bahasa verbal.
http://matanews.com/wp-content/uploads/bermain.jpg
Salah satu waktu anak bisa berekspresi adalah saat mereka bermain.  Sebagaiman diungkap oleh Muro & Kottman (1995) bahwa bermain merupakan bentuk self expression bawaan anak.  Bermain terjadi secara alamiah pada anak dan merupakan suatu ekspresi spontan dari emosi dan pikiran-pikirannya.  Konselor tentu harus memanfaatkan situasi ini untuk mengeksplor emosi dan pikiran anak.
A Freud memandang bermain ekuivalen dengan bahasa orang dewasa. Sementara M. Klein (Muro & Kottman,1995) memandang lain. Dia berpendapat bahwa aktivitas bermain dapat diinterpretasi  langsung oleh konselor secara bebas (free association).
Permainan anak berkembang sesuai dengan usianya.  Misalnya  bermain dengan aspek sensory motor merupakan dua jenis bermain yang dilakukan oleh anak pada usia tiga tahun pertama ; sedangkan bermain simbolik  mencapai puncaknya pada usia empat dan lima tahun yang kemudian diikuti dengan semakin meningkatnya aktivitas permainan dengan aturan bermain konstruktif. Kecenderungan-kecenderungan perkembangan bermain tersebut memberikan suatu indikasi tentang bahan, program, dan aktivitas bermain yang perlu disediakan bagi keperluan pendidikan dan bimbingan konseling anak.
Tujuan Konseling Bermain
Pada dasarnya konseling bermain memiliki tujuan yang sama dengan konseling pada umumnya, yakni membantu anak untuk belajar tentang diri dan lingkungannya sehingga ia mampu mengambil keputusan dan upaya-upaya yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan perkembangannya.
Landreth mengemukakan bahwa dalam proses konseling bermain, konselor hendaknya menyelesaikan sasaran-sasaran berikut :
  1. Membangun suasana yang aman bagi anak dengan merespon anak dengan baik
  2. Memahami dan menerima pandangan anak tentang lingkungannya dengan menunjukkan perhatian yang tepat
  3. Mendorong anak untuk mengekspresikan emosinya tanpa judgement
  4. Mendorong anak untuk bertanggung jawab dan membuat keputusan sendiri dalam permainannya
  5. Menyedikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi peristiwa yang mungkin akan dihadapinya
  6. Memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan konselor tentang perasaan dan tindakan anak.
Proses Konseling Bermain
Pada umumnya proses konseling tidak memiliki tahapan yang pasti. Hal-hal yang sifatnya spontan, emergent, dan kontekstual bisa mempengaruhi jalannya konseling bermain. Namun tentunya, proses konseling tetap harus memiliki arah yang jelas. Muro & Kotmann (1995) menyarankan  konseling bermain berlangsung dalam 30-50 menit. Fase yang dilalalui adalah sebagai berikut :
  1. Fase Pembukaan
Konselor dengan sikap penerimaan yang baik mempersilakan dan mengundang anak untuk bermain di ruangan yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut Carmichael (1994), peran konselor yang pertama dan terpenting adalah menyediakan suatu lingkungan yang secara emosional permisif dan aman bagi anak untuk berekspresi.
  1. Fase Anak Bermain
Fase selanjutnya anak melakukan aktifitas bermain sesuai dengan minat dan pilihannya. Konselor di sini menjadi teman bermain. Pada fase ini , konselor memperhatikan pola-pola perilaku yang ditampilkan anak. Konselor  perlu memverbalisasikan  pengalaman dan pengamatan  konselor terhadap perasaan dan tindakan anak
  1. Fase Penutupan
Dalam ruang bermain, seorang anak yang siap mengakhiri konseling bisa mengekspresikan kurang minat untuk bermain sehingga mungkin tampak lesu atau bahkan merengek-rengek. Disarankan agar pada sesi sebelum penutupan ada semacam pemberitahuan dari pihak konselor.  Konselor dapat mendiskusikan perubahan yang konselor lihat juga meminta pendapat anak tentang perubahan yang dialaminya sejak awal konseling bermain.

Permainan Sensorimotor ( Praktis )Menggunakan semua indera denganmenyentuh, mengeksplorasi benda,berlari, melompat, meluncur,berputar,melempar bola


Tidak ada komentar:

Posting Komentar